Peserta Menginap di Rumah Warga
|Atasi Masalah Hunian di Tour de Singkarak 2014
Tahun ini, iven balap sepeda internasional Tour de Singkarak (TdS) digelar untuk keenam kalinya. Namun, daerah masih menghadapi masalah hunian yang terbatas. Dari 18 kabupaten dan kota yang akan dilintasi pebalap, baru Kota Padang dan Bukittinggi yang memiliki hotel dan penginapan mumpuni. Mengatasi kekurangan tempat penginapan di 16 daerah lainnya, muncul alternatif menjadikan rumah warga sebagai tempat menginap ratusan pebalap. Hal itu terungkap pada rapat koordinasi persiapan TdS 2014 di Basko Hotel kemarin. Soal penampilan kesenian dan kebudayaan, daerah menyatakan kesiapannya.
“Kalau soal hunian, kita memang baru punya hotel Nan Tongga dan Malibo Anai Cottage. Namun itu belum cukup menampung jumlah peserta,” ungkap Bupati Padangpariaman Ali Mukhni kepada Padang Ekspres, usai rakor di Basko Hotel, kemarin.
Seperti diketahui, Padangpariaman saat ini dipercaya sebagai lokasi pembukaan atau grand start iven yang akan menempuh jarak total 1.250 km tersebut. Namun daerah tersebut masih mengalami keterbatasan jumlah penginapan, sehingga berharap Kota Padang sebagai tempat alternatif menginap sebagian pebalap. Dengan kondisi itu, anggaran Rp 1 miliar yang akan disiapkan Padangpariaman untuk iven yang digelar pada 7-15 Juni mendatang, tidak sebanding dengan kontribusi yang didapatkan daerah tersebut.
Sedangkan Wali Kota Padangpanjang Hendri Arnis menyebutkan, meski daerahnya tidak mempunyai hotel yang cukup, namun dia berjanji mencarikan penginapan di rumah-rumah warga sebagai alternatif. “Jumlah hotel yang ada di Padangpanjang memang tidak memadai. Jadi kami akan upayakan rumah-rumah penduduk nantinya untuk menampung para peserta,” sebutnya.
Keluhan serupa diungkapkan Wakil Wali Kota Pariaman Genius. Kota itu akan menjadi salah satu peserta yang akan menggelar parade sate, kuliner khas ranah Minang. “Ini untuk mengembalikan dan mempertahankan masakan khas daerah,” ungkapnya.
Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sapta Nirwandar mengaku, saat ini iven TdS telah berhasil menembus peringkat kelima iven balap sepeda terbaik dunia. Bahkan saat ini, Indonesia telah mampu melakukan persiapan sendiri, tanpa dipandu Federasi Balap Sepeda Dunia (UCI) dan panitia Tour de France (TdF) sebagai wadah promotor iven balap sepeda internasional.
Karena itu, dalam pelaksanaan TdS kali ini, hanya sebanyak empat tim Indonesia yang bisa bertanding. Sisanya merupakan pebalap-pebalap kelas dunia yang sering turun di iven-ivan balap sepeda dunia yang diadakan di Prancis, Italia dan Spanyol. Sekitar 25 tim dengan total hadiah Rp 1,3 miliar.
“Reputasi ini harus dipertahankan, dengan menjamin terlaksananya iven berkualitas. Berkualitas dari segi pelayanan, rute dan sebagainya. Ini harus menjadi tugas kita bersama,” akunya.
Wakil Gubernur Sumbar Muslim Kasim menjelaskan, untuk mendukung iven tersebut, dari 1.250 km jarak yang akan ditempuh peserta nantinya, sebesar 70 persen di antaranya merupakan jalan nasional dan provinsi. Sisanya jalan kabupaten/kota.
“Paling lambat akhirnya Mei ini, proses perbaikan jalan ini sudah tuntas. Jadi kami juga minta masing-masing daerah peserta bersama-sama menyukseskan iven ini,” jelas mantan Bupati Padangpariaman tersebut.
Kepala Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sumbar Burhasman Bur mengaku hotel di Sumbar saat ini mencapai 312 unit. Bertambah dibandingkan iven sebelumnya yang hanya 300 hotel.
Sementara untuk pengamanan pelaksanaan nantinya, Polda Sumbar akan menurunkan lebih dari tiga ribu personil dari “Kita akan berdayakan seluruh Polres dengan kekuatan lebih dari 3.000 personil,” aku Kabag Dal Ops Polda Sumbar, Zulfahmi Saan Dt Marajo. Usai rakor, kegiatan dilanjutkan dengan Grand Launching TdS 2014 di Basko Grand Mall.
Praktisi Pariwisata Zuhrizul menyambut baik rencana menginapkan peserta TdS ke rumah-rumah penduduk. Menurutnya, hal itu salah satu cara memperkenalkan budaya lokal ranah Minang. Bahkan, banyak wisatawan luar negeri lebih tertarik menginap di local home stay atau rumah di perkampungan yang alami, dibandingkan di hotel berbintang. “Kami sudah terapkan itu di Lawang Park, Agam dengan memberdayakan pemuda setempat. Terpenting, toiletnya bersih, keluarga angkat ramah, dan masyarakat sekitar harus diberdayakan dan berbenah. Saya rasa, ini salah satu dampak ekonomi yang nyata dari TdS bagi masyarakat. Setelah balapan, kita berharap mereka ajak keluarganya kembali berkunjung ke daerah ini,” ujar owner Ikarsa Tour dan Lawang Park ini.
Hal senada diungkapkan pengamat pariwisata Yulnofrins Napilus. Menurutnya, di Tour de France sekalipun, peserta dan penonton yang ingin menyaksikan balap sepeda nomor wahid di dunia itu tidak hanya menginap di hotel, tapi juga di mobil-mobil caravan yang khusus dirental dan dan local homestay di perkampungan dekat garis start dan finish.
“Jadi, tidak hanya pengusaha hotel saja yang menikmati dampak ekonomi iven ini, tapi juga riil masyarakat. Nah, di sini lah tugas pemkab dan pemko memberdayakan masyarakat sehingga mereka welcome terhadap pendatang, seperti memberikan pembekalan. Terpenting, toilet penginapan itu harus bersih,” ingatnya.
SUMBER : Padang Ekspres • Senin, 31/03/2014 11:34 WIB